Cerita Sex Tergoda Majikan

Situs yang menyediakan Cerita Dewasa Terbaru dan foto hot secara gratis dan selalu update : Cerita Sex | Cerita Dewasa Ngentot | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Porno | Cerita Seks Dewasa

Tergoda Majikan

Tergoda Majikan-Pada awalnya dan waktu itu jam sudah menunjukkan jam malam ,Bibi Rossa sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Rudy. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bibi Rossa merasa kerasan karena keluarga Tuan Rudy cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bibi Rossa sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Rudy, yang dianggapnya terlalu berlebihan.


Tergoda Majikan
Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Rudy yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Walaupun orang kampung, Bibi Rossa tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. 

Bahkan Tuan Rudy sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan Rudy saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bibi Rossa janda yang sudah lama ditinggal suami yg masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. 

Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Rudy yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bibi Rossa merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya.

Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bibi Rossa kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Rudy dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Rudy tengah menggauli istrinya.

Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Rudy yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Rudy yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bibi Rossa nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.

Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bibi Rossa hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bibi Rossa merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Rudy. 

Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bibi Rossa mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

Kedua tangan Bibi Rossa memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bibi Rossa terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Rudy yang sedang mencumbuinya. 

Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bibi Rossa langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Rudy akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Rudy?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?

“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.

“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.

Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bibi Rossa.

“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat.. ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.

“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bibi Rossa.

“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.

“Tapi kenapa?” Tanya Bibi Rossa penasaran

“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Bibi Rossa bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?

“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.

“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”

“Anu apa?” desak Bibi Rossa makin penasaran.

“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bibi Rossa yang sudah terbuka lebar.

Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bibi Rossa dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bibi Rossa dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bibi?” kata Andre kemudian.

“Boleh apa?” sentak Bibi Rossa mulai sewot.

“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bibi Rossa.

“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan..,” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.

“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa..” kata Bibi Rossa panik.

“Kalau gitu boleh dong Andre?”

Tergoda Majikan

Simak Cerita seru lainnya Pertemuan Berbuah Nafsu

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bibi Rossa berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bibi Rossa lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.

“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

Andre meremas kedua bukit kembar milik Bibi Rossa dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bibi Rossa sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bibi Rossa.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bibi Rossa menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bibi Rossa jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu.

Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Rudy, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bibi Rossa yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit Bibi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

Andre mengikuti semua perintah Bibi Rossa. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bibi Rossa terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya.

Perasaan Bibi Rossa seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya.

Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bibi Rossa mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bibi Rossa memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bibi Rossa.

“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Andre semangat mendengar erangan Bibi Rossa yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bibi Rossa. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bibi Rossa melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.

“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bibi Rossa mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bibi Rossa mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.

“Mmmpphh..”, desah Bibi Rossa begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bibi Rossa mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.

“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!” pekik Andre perlahan.

Bibi Rossa tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bibi Rossa semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bibi Rossa merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga.

Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bibi Rossa yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bibi Rossa kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.

“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bibi Rossa seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bibi Rossa. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bibi Rossa kenikmatan.

Bibi Rossa benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bibi Rossa semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka.

Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bibi Rossa mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu.

Tergoda Majikan

Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bibi Rossa rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.

“Akh Bibi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bibi Rossa mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bibi Rossa turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.

“Uugghh.. enak nggak Den?”

“Aduuhh.. Bibi Rossa.. sedaapphh..!” pekiknya.

Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bibi Rossa. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bibi Rossa tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.

“Auugghh Deenn..uueennaakk!” jerit Bibi Rossa seperti kesetanan.

“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”

Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.

“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.

“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bibi Rossa dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bibi Rossa erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.

“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” Bibi Rossa juga mengalami orgasme.

Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.

“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bibi Rossa mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.

“Gimana Den. Enak khan?”

“Iya Bibi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bibi Rossa.

Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bibi Rossa yang menggelantung persis di depan mukanya.

“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.

Tangan Bibi Rossa kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bibi Rossa ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bibi Rossa dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.

Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerita ABG, Cerita Porn, Cerita Porno, Cerita Seks Dewasa, Cerita Sex Blowjob ,Handjob, Cerita Tante Girang, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Artis, Cerita Hot Artis, Cerita Selingkuhan, Cerita Hot, Cerita Onani, Masturbasi, Cerita Sedarah, Seks Cerita 17 tahun, Cerita Biru