Cerita dewasa : Cerita Sex Ngesek Di Udara Part II
Judul : Cerita Sex Ngesek Di Udara Part II
Cerita Sex Ngesek Di Udara Part II
Situs yang menyediakan Cerita Dewasa Terbaru dan foto hot secara gratis dan selalu update : Cerita Sex | Cerita Dewasa Ngentot | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Porno | Cerita Seks Dewasa
Ngesek Di Udara Part II
Suasana camp mulai terasa ramai karena mendekati perayaan tujuh belasan. Biasanya jika tiba perayaan tujuh belasan maka warga kampung berbaur dengan karyawan campku dan perusahaan kayu di dekat sini untuk melaksanakan berbagai pertandingan.
Aku ikut bertanding dalam beberapa cabang olahraga. Hanya sekedar untuk memeriahkan dan bersenang-senang saja. Sore itu aku baru menyelesaikan satu partai tenis meja. Untuk pertandingan tenis meja dilakukan di dalam ruangan kantor agar tidak terganggu oleh tiupan angin. Meja-meja yang ada cukup ditumpuk di pinggir. Aku kalah straight set, 15-21 dan 10-21. Cukup lumayan setelah lima tahun lebih tidak pernah bermain. Kubuka bajuku dan dengan bertelanjang dada aku menyaksikan partai berikutnya.
Kulihat Lisa juga ada di antara para penonton. Dengan beringsut perlahan-lahan ia berpindah di dekatku. Ia mengenakan baju hitam tipis tanpa kancing dan lengan dipadu celana panjang strecth warna pastel. Bayangan BH-nya yang berwarna putih samar-samar kulihat di balik baju hitamnya yang tipis.
“Hebat juga Bapak kita ini. Mau ikut maju untuk pertandingan kelas kampung,” komentarnya.
“Ah, Cuma sekedar berpartisipasi saja kok,” kataku.
“Bapaknya mana, beberapa hari ini kok nggak kelihatan?”
Terakhir aku melihatnya seminggu yang lalu ketika mengambil uang muka pekerjaan borongan.
“Lagi ke kota. Beli beberapa peralatan untuk tenaga kerja. Ryan juga ikut. Ijin tidak masuk sekolah beberapa hari”.
Entah apa maksudnya mengatakan kalau ia sendirian di rumah. Apakah ini sebuah undangan lagi?
“Kapan pulangnya?” tanyaku meyakinkan.
“Mungkin nanti malam menjelang dinihari. Biasanya kapal dari hilir masuk ke sini antara jam dua belas sampai jam tiga dinihari”.
Cerita Sex
Lisa menatapku dengan sorot mata kagum. Badanku cukup besar meskipun tidak kekar. Mungkin ia kagum dengan bulu dadaku yang cukup lebat ini. Karena sudah sore dan keringatku sudah tuntas aku pulang ke mess dan berniat untuk mandi. Lisa mengikuti beberapa langkah di belakangku dan ketika aku sampai di depan mess Lisa memanggilku.
“Ssstt.. Pak, Pak Anto,” bisiknya. Aku menoleh. Ia memberikan kode dengan mulutnya agar aku ke rumahnya sekarang. Aku masuk ke dalam kamar, berganti dengan celana pendek dan kaus lalu ke kamar mandi. Kulihat Lisa sudah menunggu di depan rumahnya. Ia melambaikan tangan dan memberikan isyarat agar aku masuk ke rumahnya lewat pintu belakang.
Kutimbang-timbang dan kali ini kurasa keadaan di dalam rumahnya cukup aman. Tinggal berusaha agar tidak ketahuan karyawan camp. Kubuka pintu belakang mess dengan pelan. Dengan mengendap-endap aku berjalan ke arah belakang rumahnya. Ia sudah menunggu di pintu belakang rumahnya. Dengan cepat aku menyelinap masuk ke ruang tamunya.
“Duduk dulu To,” ia menyuruhku duduk di kursi tamu. Ia sudah mulai memanggilku tanpa sebuta.
“Pak”.
Aku duduk di atas sofa ruang tamunya. Debaran jantungku terasa kencang, perpaduan antara nafsu dan perasaan takut ketahuan. Lisa mengeluarkan kepalanya dari pintu depan, mengamat-amati sekitarnya.
“Aman,” gumamnya.
“Yuk kita ke kamar saja!” ajaknya sambil menarik tanganku. Bagai kerbau dicocok hidung akupun menurut saja. Kamarnya agak berantakan. Pakaian kotor terserak di lantai.
“Buka pakaianmu,” ia memerintahku dengan berbisik pelan. Tanpa disuruh untuk kedua kalinya dengan cepat kulepas semua kain di badanku. Penisku yang sudah setengah berdiri segera bergoyang-goyang.
“Hmmhh..,” gumamnya sambil mengamati penisku.
Ia menarikku ke arah ranjang, berbaring dan minta bantuan untuk melepaskan celananya. Dengan segera kulepas celana dan sekaligus celana dalamnya. Sejumput rambut hitam terlihat menghiasi selangkangannya. Ketika bajunya akan kubuka ia menggeleng,”Bajunya nggak usah”.
Aku mulai naik ke atas tubuhnya. Kucium dengan lembut. Kepalaku bergeser ke arah leher, dada dan menggigit payudaranya yang masih tertutup bajunya. Tangannya menyingkap bajunya ke atas dan tanganku membantu membuka kait BH-nya. Kusingkapkan cup BH-nya ke atas. Kini payudaranya yang putih mulus dihiasi urat kebiruan menyembul keluar. Segera kuterkam dan kuhujani dengan sedotan lembut dan jilatan pada ujung putingnya. Ia mendesah dan memejamkan mata menikmati jilatan lidahku pada putingnya.
Penisku dengan cepat mengeras dan kugesekkan di atas pahanya. Diambilnya bantal untuk mengganjal pantatnya. Tangannya dengan cepat menangkap penisku dan segera mengarahkannya ke bibir vaginanya. Kakinya mengangkang lebar. Dengan pelan namun pasti penisku segera saja masuk ke dalam vaginanya yang sudah licin dan basah.
“Ehmm. Untung sudah basah, kalau tidak bisa lecet punyaku,” kataku berbisik menggodanya, mengingatkan pada gurauan kami dulu. Ia terkekeh pelan sehingga bibir di selangkangannyapun ikut bergerak-gerak.
“Iya, ini yang bikin gelisah. Geli dan basah,” sahutnya sambil mulai menggerakkan pinggulnya.
Akupun mulai memacu hasratku berlomba dengan gairahnya. Kali ini gairahku cepat sekali naik dengan tajam. Mungkin karena sudah terlalu lama spermaku tidak diganti ditambah dengan adanya rasa takut ketahuan.
Tidak sampai lima menit tiba-tiba kurasakan aku akan sampai. Kuhentikan gerakanku.
Ia menatapku heran, “Kenapa To? Mau keluar?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Keluarin saja di dalam. Nggak apa-apa,” katanya pelan. Ada sedikit nada kecewa di sana.
Tanpa ada gerakan lagi penisku segera memuntahkan cairan putih yang kental sekali. Tujuh kali aku menyemprotkan cairanku. Terasa banyak sekali sampai mengalir keluar dari vagina dan menetes di sprei. Lisa mendorongku dan segera melap penisku dengan handuk kecil di dekatnya. Spermaku yang menetes di sprei juga dilapnya setelah ia mengamati dan menyentuhkan jarinya pada cairan kental yang menempel di sprei tersebut.
“Hmmh. Pantas saja cepat tumpah, begitu banyak dan kental sekali. Selama di sini emangnya kamu tidak pernah main di ujung kampung sana?” katanya pelan.
Cerita Sex
Aku menggeleng lemah. Badanku terasa sakit namun sekaligus juga merasa ringan. Energi yang kukeluarkan kali ini rasanya seperti aku melakukannya dalam waktu satu jam.
Kupegang dan kuremas tangannya.
“Sorry Lis, aku tak mampu lagi menahannya,” kataku. Kujelaskan kalau memang selama di sini aku tidak pernah menyentuh perempuan dan kali ini ditambah rasa takut ketahuan sehingga dengan cepat aku sudah menyerah. Kukecup punggung tangannya. Ia masih memperlihatkan raut muka kecewa, namun ia mengerti dengan keadaanku.
“Ya sudah, nanti lain waktu kita akan lakukan lagi. Tapi kamu harus berjanji akan memuaskanku,” katanya lagi. Kukecup keningnya, dan akupun mengenakan pakaianku dan keluar dari pintu belakangnya kembali ke mess.
Pagi-pagi sekali Lisa menemuiku di teras mess.
“Minggu depan aku mau ke kota. Ada keperluan keluarga sedikit,” katanya. Minggu depan? Tiba-tiba saja aku tersadar bahwa minggu depan aku juga harus ke kantor cabang di kota untuk mengambil gaji dan keperluan camp lainnya. Aku tersenyum sendiri.
“Kalau begitu kita sama-sama saja. Aku juga harus ke kota. Biasa mengambil jatah,” kataku.
Ia merengut, “Jatah yang mana lagi maksudmu. Bukannya tadi malam kamu sudah ambil. Kamu masih mau main lagi dengan pelacur-pelacur di kota?”
Aku terkejut, mengapa ia jadi sensitif begini. Mungkin masih ada perasaan kecewa karena gairahnya tadi malam belum tersalurkan.
“Jangan marah-marah terus. Aku ke kota ambil gaji karyawan dan keperluan camp”. Sekejap kemudian ia langsung tersenyum dan raut mukanya menjadi cerah.
“Asyik dong. Kita bisa sama-sama di kota,” katanya sambil memonyongkan mulutnya.
“Tapi ketemunya di mana?” tanyanya lagi.
“Gampang saja. Nanti kamu telpon ke kantorku atau ke mess kalau malam dan kita bisa bikin janji”.
“Baiknya aku mengaku siapa nanti kalau telepon ke kantor?” tanyanya lagi. Gara-gara semalam nggak puas makanya perempuan ini jadi agak telmi, aku menggerutu dalam hati.
“Bilang saja kalau kamu tanteku. Tante girang.. Gitu,” jawabku asal-asalan.
“Jangan begitu,” tiba-tiba nada suaranya berubah menjadi tinggi.
“Sorry, sorry. Bukan itu maksudku. Bilang saja Lisa atau siapa saja nggak masalah”.
Akhirnya tiba harinya aku turun ke kota. Lisa sudah berangkat kemarin dengan kapal sungai. Dari lokasi kerjaku menuju ke kota memang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal sungai. Nantinya kalau proyek yang sekarang dikerjakan perusahaanku dengan beberapa perusahaan lain telah selesai barulah tembus jalan darat ke kota.
Sesampai di kota, aku segera menyelesaikan urusan-urusanku menyangkut laporan penggunaan dana dan pengajuannya, progress report pekerjaan dan detail lainnya yang diperlukan.
Malamnya Lisa menelponku dan ia sudah booking kamar sebuah hotel kelas menengah untuk kota ini. Ia bilang akan menunggu di sana jam delapan. Jam delapan kurang lima aku sudah berada di muka pintu kamarnya. Kuketuk tiga kali dan kudengar suara kunci diputar. Lisa sudah berada di depanku dan akupun segera masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang cukup nyaman dengan pandangan ke arah bukit di kejauhan.
Ia mengenakan gaun tidur yang tipis sehingga pakaian dalam dan lekuk tubuhnya membayang jelas. Kakinya mengenakan stocking hitam. Aku duduk di tepi ranjang, sementara Lisa di belakangku berdiri di atas lututnya dan mulai menciumi tengkuk dan telingaku. Aku kegelian dan sekaligus terangsang. Aliran hangat mulai menjalar di sekujur tubuhku.
Cerita Sex
Tangannya kupegang, kuputar tubuhnya dan kutarik ke tubuhnya ke pangkuanku. Kucium bibirnya dengan ganas. Lisa meronta sebentar tapi kemudian ia membalas ciumanku dengan tidak kalah ganasnya.
“Anto.. Ah.. Ehh .. Ouhh”, Ia gelagapan membalas ciumanku.
Aku terkejut ketika tangannya meremas penisku yang mulai menggembung di balik celana panjangku. Aku tersenyum sambil mencolek payudaranya.
Tangannya membuat beberapa gerakan dan gaun tidur yang dikenakannya sudah merosot ke pinggangnya. Tangannya kemudian membuka BH-nya dan menyodorkan dadanya ke depan mukaku. Tanpa menunggu lagi aku langsung meremas payudaranya dengan penuh nafsu. Payudaranya berbentuk bulat dan terasa kencang seperti milik gadis dua puluh tahunan. Tangannya kemudian membuka kausku. Aku menciumi payudaranya dan menghisap putingnya yang berwarna coklat muda dan mulai mengeras. Tangan Lisa membelai rambutku sambil sesekali mendekap kepalaku ke payudaranya.
Aku menggunakan jariku untuk membelai daerah selangkangannya, dan jariku juga mulai menekan terutama di belahan vaginanya. Tangan Lisa menggesek penisku yang semakin mengeras.
“Aah.. To.. Sss.. Enak.. Teruss.. Anto.. Ahh”
Mendengar erangan Lisa nafsuku sudah tidak dapat ditahan lagi. Aku merebahkan diri sambil menciumi leher Lisa dan terus naik ke bibirnya. Kubuka celana panjang dan kemudian celana dalamku. Aku terus menciumnya dengan penuh nafsu, kutindih tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Badanku yang besar seolah-olah menenggelamkan badannya yang kecil mungil. Sambil mendesah Lisa berkata.
“Ahh.. Awas kalau keluar duluan lagi..”
Kulepaskan gaun tidur dan sekaligus dengan celana dalamnya.
“Akhh..” ia meronta-ronta dengan pelan.
Kami saling mengulum bibir dengan penuh nafsu, nafas kami mulai tidak teratur. Kaki Lisa menjepit pinggangku Aku menciumi leher kemudian turun ke payudaranya, aku sedot putingnya sampai mengeluarkan bunyi. Kemudian bibirku turun dan menggelitik pusarnya. Lisa tidak tahan dengan perlakuanku, badannya bergerak-gerak tak teratur menahan gel.
“Anto.. Akh.. Geli akh.. Basah..”.
Aku terus menciumi perutnya, lalu turun dan saat sampai di depan selangkangannya aku menurunkan kepalaku, menjilati paha dan sesekali menggigitnya. Lisa mengganjal kepalanya dengan bantal dan mengamatiku. Ketika mulutku mulai menyapu vaginanya ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya.
Kuusap betisnya yang tertutup stocking hitam. Sudah lama aku memiliki fantasi bercinta dengan wanita yang memakai stocking. Kini obsesiku terpenuhi. Kugelitik klitorisnya dengan lidahku. Ia mengejang lembut dan dinding vaginanya ikut berdenyut bereaksi menyambut aksi lidahku. Jari tengah kananku kumasukkan ke dalam saluran vaginanya dan ujungnya kugerak-gerakkan menggelitik dinding rahimnya. Ia semakin keras mengerang. Tangannya meremas tepi spring bed di atas kepalanya.
“Anto.. Sudah To. Cukup.. Sudah, aku menyerah.. Ayo.. Cepat masukkan.. Lakukan sekarang.. Ouuhh,”
Kuhentikan rangsangan pada vaginanya dan aku bergerak menindihnya. Penisku kuarahkan ke vaginanya yang basah, kutekan perlahan dan ketika kepalanya sudah masuk seluruhnya maka aku menekan pantatku dengan keras.
“Sshh.. Akhh.. Terus To.. Akh..”, Lisa merintih
Bibir kami saling bertautan dengan kuat. Ketika kulepaskan ciumanku maka justru bibirnya mencari-cari bibirku. Mulutnya setengah terbuka sambil mendesis-desis. Aku menggerakkan penisku dengan perlahan dan sesekali dengan tempo cepat. Rasanya penisku dijepit dan diremas-remas oleh tangan yang kuat membuat penisku rasanya akan meledak.
Cerita Sex
Aku terus memompa penisku di vaginanya dengan tempo yang bertambah cepat. Nafasku mulai memburu. Payudaranya kuremas dan kupencet sehingga putingnya menonjol. Kujilati putingnya dan kugigit-gigit dengan bibirku. Aku menghentak tubuh Lisa ke ranjang dengan kasar saat pinggulnya membuat gerakan memutar.
“Lisaa.. Lis.. Akh.. Ouch.. Akh..”.
Kurasakan tubuh Lisa juga mulai bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar. Matanya setengah terbeliak, bola matanya memutih. Kakinya menjepit pinggangku tubuhnya beberapa kali mengejang lembut dan kutekan tubuh Lisa hingga tubuh kami semakin merapat.
“Akh.. Anto.. Nikmat sekali.. Sss”
“Yeah Lissaa.. Akh. Kalau saja aku tahu dari dulu di camp.. Pasti aku..”
“Akh.. Tekan yang cepat dan kuat.. Akh..”
Mata Lisa kini terpejam menikmati sodokan penisku. Aku kemudian mengangkat kedua kakinya dan memegangnya dengan tanganku. Aku dalam posisi setengah berlutut, tanganku memegang pinggangnya dan penisku menekan dengan irama yang semakin cepat. Vaginanya terasa basah dan becek, namun penisku bagaikan dijepit tangan perkasa.
“Akgh Anto.. Aku hampir.. Aakkhhu.. Hampir keluarhh.. Ouchhgg.. Akhh”.
Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya dan kupeluk dengan rapat. Aku menikmati ekspresinya menunggu saat Lisa mencapai orgasmenya. Kudiamkan sejenak gerakan penisku. Lisa meracau dan tangannya memegang pinggangku serta menggerakkannya naik turun. Aku masih ingin menikmati permainan dan kuharapkan dapat kucapai puncak bersama-sama.
Aku mengehentakkan pantatku naik turun dengan sedikit kasar. Keringat kami sudah mulai bercucuran. Tangan Lisa meremas-remas pantatku dan kadang menariknya seolah-oleh penisku kurang dalam masuk dalam vaginanya. Saat aku merasakan hampir meledak aku melambatkan gerakanku dan mengatur nafasku sambil menghisap putingnya, ketika perasaan itu sedikit hilang aku mulai bergerak lagi.
Tangannya meremas rambutku dan dengan liar bibirnya mencari bibirku. Dia mendesah dengan gerakan yang sangat liar. Kini saatnya kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
“Yeah.. Anto.. Akhh. Ayo.. Kamu belum mau keluar juga.. Akhh ouchh. Aku sudah..” Lisa mengejang. Ia mengangkat pantatnya dan kutekan penisku sehingga rasanya mentok sampai di dasar rahimnya. Penisku serasa disedot sebuah pusaran kuat. Tubuh Lisa melengkung dan tangannya mengusap pipiku dengan kuat. Kutekan pantatku perlahan namun penuh tenaga.
“Yeacchchh..”.
Tubuh kami menggelinjang bersama dengan hebat, kami berteriak dan tidak perduli jika orang lain di luar kamar mendengarnya
“Akhh.. To.. Anto.. Aakkhh..”.
“Lisa kamu hebathh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch..”
Kami mengelepar menikmati kenikmatan yang kami rasakan bersama. Kakinya membelit betisku dan mengencang. Kurasakan gesekan kakiku dengan stokingnya yang halus membuat kenikmatan yang ada menjadi lebih lagi. Kucium bibirnya lagi dengan ganas. Tangannya terangkat dan berada sejajar dengan kepalanya.
Aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya saat penisku mulai mengecil dan terlepas dari vaginanya. Tubuhnya merinding bergetar saat aku mencabut penisku.
“Nikmat sekali To. Coba begini saat di camp dulu. Pasti aku tidak akan marah-marah”.
“Ya, kamu kan maklum dengan situasi dan kondisi waktu itu”.
Kulepas stokingnya perlahan dan kuletakkan begitu saja di dekat perutnya. Kuangkat tubuh mungilnya dan kugendong ke kamar mandi. Aku di belakangnya memeluk tubuhnya sambil menyabuni dada, perut dan selangkangannya.
“Aku ingin babak berikutnya dengan variasi lainnya,” katanya dengan nada genitnya yang khas. Doggie style jelas merupakan variasi yang menambah kenikmatan.
Cerita Sex
Selesai mandi kami kemudian saling mengeringkan tubuh. Ketika ia mengeringkan selangkanganku, kenakalannya mulai timbul. Dikocoknya penisku dan mulutnya lansung mengulum penisku yang masih kedinginan. Penisku baru setengah berdiri dan Lisa menghentikan aksinya.
“Sekedar pemanasan. Extra show untuk ronde kedua, tapi kita istirahat dulu sebentar khan? Aku masih lelah sekali. Kamu liar tanpa aturan”.
“Kalau lambat-lambat, nanti kamu marah lagi. Katanya kurang gelisah”.
Kami berbaring sambil mengobrol.
“Anto aku mau tanya serius sekarang,” katanya.
“Apaan?”
“Kalau misalnya aku cerai, kamu mau mengawiniku? Aku mau hidup tenang berkumpul dengan suami di rumah”.
Alamak, lemas aku mendengarnya. Kuusap-usap bahunya.
“Bagaimana?” desaknya.
“Apanya?” tanyaku pura-pura bloon.
“Itu tadi. Aku bercerai dan kita kawin,” katanya mantap.
“Tadi sudah dan sebentar lagi kita juga kawin,” isengku mulai timbul.
“Kamu diajak ngomong serius, malahan bercanda terus. Tapi aku merasa kalau kamu hanya ingin untuk sekedar senang-senang saja”.
“Kita lihat saja nanti,” jawabku. Hanya sekedar untuk menghentikan segala omong kosong ini.
Ia menatapku dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Bibirnya mengecup bibirku dengan lembut kemudian ke bawah sampai di leherku. Kuciumi telinganya dan kuhembuskan napasku dekat telinganya. Ia menggelinjang kegelian. Detak jantung mulai meningkat. Ia terus menciumi dadaku. Kurasakan buah dadanya menekan lenganku. Kenyal dan padat.
Kugerakkan kepalaku ke punggungnya kuciumi punggungnya yang mulus. Buah dadanya kuremas dengan tanganku. Kubalikkan tubuhnya dan ia segera menindih tubuhku. Payudaranya terlihat sangat putih, kencang dan padat dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda menggantung di atas dadaku. Putingnya yang coklat muda tidak sabar menunggu untuk dikulum. Payudara kiri kuisap dan kujilati, sementara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti-ganti. Tangan kiriku mengusap-usap rambut dan tengkuknya dengan lembut.
Lisa mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.
“Upps.. Lagi Anto. Ououououhh.. Nghgghh, Anto ayo teruskan lagi.. Ouuhh.. Anto”
Payudaranya kukulum habis. Lisa menggoyangkan kepalanya dan mencium leherku sampai ke dekat tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Senjataku sudah siap untuk masuk dalam babak ke dua.
Mulutnya terus bergerak ke bawah dan kini Lisa mengisap-isap buah zakarku dan menjilati batang penisku. Kupalingkan mukaku ke samping dan kugigit ujung bantal.
Tiba-tiba penisku mengencang dengan sendirinya hingga condong mendekati permukaan perutku ketika lidah Lisa mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga penisku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut.
“Hmm.. Luar biasa nikmat,” komentar Lisa sambil terus melakukan aktivitasnya. Kuangkat kepalaku dan kuperhatikan Lisa sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum penisku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum genit.
Lisa melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan bergerak naik ke tubuhku. Bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya. Lidah kami kemudian saling memilin dan mengisap. Tanganku mengembara ke selangkangannya dan kemudian jari tengahku masuk menerobos liang kenikmatannya sampai menemukan tonjolan kecil di dinding atas sebelah depan. Lisa meremas dan mengocok penisku. Penisku semakin menegang dan mengeras.
“Ouououhhkk.. Nikmatnya.. Puaskan aku lagi,” ia memohon dengan suara tertahan.
Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat penisku. Kurasakan pantat dan pinggulnya bergoyang menggesek penisku. Dan tanpa kesulitan kemudian kepala penisku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab dan licin. Kurasakan dinding guanya semakin berair membasahi penisku.
“Akhh Anto ayo kita sama-sama nikmati lagi.. Oukkhh”.
Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.
Cerita Sex
Lisa bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakan pantatnya berubah menjadi maju mundur. Gerakannya mulai dari perlahan menjadi cepat dan semakin cepat. Ia mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar. Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala penisku berada di bibir guanya dan kemudian berkontraksi mengurut kepala penisku. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku seperti diremas dan diurut.
Ia menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala penisku sampai beberapa kali dan kemudian dengan cepat ia menurunkan pantatnya hingga seluruh batang penisku tenggelam seluruhnya. Ketika batang penisku terbenam seluruhnya badannya bergetar dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kekiri. Napasnya berat dan terputus-putus.
Kuisap putingnya yang sudah keras. Gerakannya semakin liar dan cepat. Tanganku memeluk punggungnya dengan erat sehingga tuuh kami semakin merapat. Ia juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat terasa. Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku hampir terlepas, dan ia menurunkan lagi dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. Kembali penisku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar. Tangannya meremas rambutku, memukul dan mencakar dadaku. Punggungnya melengkung ke atas menahan rasa nikmat. Mulutnya meracau, mendesah dan mengerang dengan kata-kata yang tidak jelas.
“Anto.. Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu.. Ar,” desahnya.
Aku semakin keras menyodok vaginanya dari bawah. Aku belum ingin keluar, tetapi biarlah ia kuberikan babak tambahan
“Sshh.. Shh.. Anto sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik. Tubuhnya mengeras, merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Pantatnya ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga terasa licin.
Tubuh Lisa mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya. Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.
“Terima kasih. Ini yang kucari. Kau sungguh jantan sekali. Aku puas denganmu. Berikan aku istirahat sebentar, lalu..,” ia berbisik di telingaku.
Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping. Penisku yang belum menuntaskan tugasnya tentu saja masih keras dan siap masuk dalam babak tambahan.
“Sudahlah sayang, biarkan aku istirahat dulu sebentar saja..”
Aku tidak mendengarkan permintaanya, dan kini kugenjot vaginanya sampai berbunyi. Ia diam saja saja sambil memulihkan tenaga. Vaginanya terasa sangat basah dan licin. Kucabut penisku dan kuambil selimut untuk mengelap vaginanya supaya lebih kering. Aku naik lagi ke atas tubuhnya. Kembali kuarahkan moncong penisku ke sasaran. Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya. Dengan tenaga penuh kudorong pantatku dan langsung kugenjot dengan tempo perlahan. Dalam keadaan dinding vagina kering kembali vaginanya memberikan kenikmatan yang maksimal.
Setelah beberapa menit Lisa kembali bangkit gairahnya. Iapun kemudian mengimbangi gerakanku dengan gerakan pinggulnya. Diganjalnya pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya menonjol agak naik. Kami berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi silang, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki kiriku. Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat memberikan kenikmatan optimal, sehingga sangat menghemat tenaga.
Kami makin terbuai dalam kenikmatan akibat gerakan kami masing-masing. Kini kedua kakinya menjepit kakiku. Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik turun. Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya.
“Ouh.. Achch.. Mmmhh.. Ngngngnhhk,” Lisa mendesah tertahan.
Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang sangat lambat. Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi sehingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil.
Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku. Dalam posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja. Aku tidak dapat menarik sampai keluar karena pasti sulit untuk memasukkannya lagi. Namun dalam posisi demikian jepitan dari dinding vaginanya jadi sangat terasa.
“Oohh.. Berubah To. Doggie.. Too” ia melenguh panjang.
Kucabut penisku dan ia berbalik. Aku turun dan berdiri di sisi ranjang. Aku akan menggenjotnya dalam posisi berdiri. Pantatnya naik menantangku, kepala dan dadanya merapat di atas ranjang. Kurenggangkan pahanya dan kubawa kemaluanku ke vaginanya. Tak lama kemudian penisku sudah menyusup dalam vaginanya. Iapun mendorongkan pantatnya ke arahku.
Kupegang kedua sisi pinggangnya dan kugerakkan seirama dengan gerakan pantatku. Kucabut penisku lagi dan kususupak kepalanya di bibir vaginanya, kemudian kukencangkan otot PC ku. Akibatnya ketika kukencangkan otot PC ku, maka penisku mendongak dan seolah mencongkel vaginanya.
“Ouuww.. Nikmat.. Ahh lagi Tokk.. Bawa aku ke bulan jantanku yang perkasa!”
Kuulangi beberapa kali sampai ia menjerit-jerit minta ampun. Pantatku kudorong kembali dalam gerakan maju mundur berirama. Kini tangannya menahan berat tubuhnya. Payudaranya yang menggantung bebas bergerak ke sana kemari setiap aku menyodoknya. Kujulurkan tanganku untuk meremas dan memilin putingnya.
“Gimana Lis, puas?”
“Ouhh.. Aku tak sangka kau begini hebat. Sewaktu di camp kupikir kamu hanyalah sebangsa ayam sayur”.
Kami mengubah posisi lagi, kembali dalam posisi konvensional. Kedua kakinya kuangkat ke atas bahuku. Dengan bertumpu pada tangan kuberikan gerakan seperti orang melakukan push-up.
“Antoo.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu..”
Kuperkirakan sudah kurang lebih setengah jam kami memainkan babak tambahan ini. Tenagaku sudah mulai berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak. Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.
Aku menggeser tubuhku sedikit ke arah kepalanya. Penisku kini menggesek dinding atas vaginanya. Gesekan kulit penisku dengan klitorisnya terasa sangat nikmat. Terasa helm bajaku seperti tersangkut ketika kutarik ke belakang.
Cerita Sex
Deritan ranjang, erangan, bunyi paha beradu dan kata-kata yang tidak jelas seakan-akan berlomba memenuhi kamar. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya AC kamar tak terasa lagi. Yang kami rasakan hanyalah panasnya gairah untuk menuju puncak kenikmatan. Kurasakan ada aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri permainan ini. Lisa terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.
“Lisa.. Lis sebentar lagi aku mau keluar..”
Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.
“Ayolah Anto aku juga mmau kkel.. Uar. Kita sama-sama sampai”.
Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku. Kakinya mengangkang lebar. Kuhunjamkan pinggulku dalam-dalam sambil memekik tertahan.
“Lisa.. Ouh .. Ayo.. Sekarang.. Sekarang”.
“Ouh Anto aku.. Juga.. Keluar.. Lakukan”.
Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat. Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat. Kutembakkan lahar panasku sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam di bahuku sampai terasa pedih. Napas kami masih ngos-ngosan. Kucabut penisku dan aku menggelosor di sampingnya. Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku. Mulutnya mengucapkan kata-kata penuh kenikmatan. Kepalanya masih menggeleng-geleng. Mungkin masih ada sisa-sisa aliran kenikmatan yang dirasakannya.
Selama tiga malam di kota, aku benar-benar dipuaskan dengan permainannya. Ketika kembali ke camp rasa percaya diriku timbul kembali dan ketika keadaan rumahnya aman terkendali aku bisa berpacu dengannya. Ada memang bisik-bisik tentang hubungan kami yang beredar di camp. Dua bulan kemudian perusahaan telah mendapatkan orang yang menjabat posisi site manager secara tetap.
Akupun kembali ke Jakarta, mulai menikmati lagi kemacetan, panas, rasa persaingan yang sangat ketat dan segala dinamika lainnya.
Cerita Sex | Cerita Dewasa | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Porno | Cerita Seks Dewasa | Cerita Sex Blowjob | Handjob | Cerita Tante Girang | Cerita Pemerkosaan | Cerita Seks Artis | Cerita Hot Artis | Cerita Selingkuhan | Cerita Hot | Cerita Onani | Masturbasi | Cerita Sedarah | Seks Cerita 17 tahun | Cerita Biru |
Demikianlah Artikel Cerita Sex Ngesek Di Udara Part II
Cerita Sex Ngesek Di Udara Part II, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua.